Mengenal Air Sebagai Media Hidroponik (1)

Pakcoy (sawi-sawian) || Foto-Dokumentasi pribadi

Hidroponiksaja - Hidroponik adalah sebuah sistem bertani yang menggunakan air sebagai media utamanya. Jadi tidak menggunakan media tanah sedikit pun. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kita akan mengulas sedikit karakter media air yang seperti apa yang cocok untuk digunakan sebagai media hidroponik.  

Media tanam hidroponik adalah semua jenis media tanam yg digunakan dalam hidroponik selain tanah, bisa berupa
  1. Air
  2. Substrate: mulai dari bahan organik seperti moss, cocopeat, arang sekam maupun yg non-organik seperti perlite, expanded clay, pasir dll.
  3. Aeroponik: tanpa substrate hanya menggunakan kabut (air)
Untuk sistem hidroponik yg menggunakan media air, ada beberapa syarat yg dipakai:
  1. Gunakan air "soft water" atau yg mempunyai padatan terlarut kurang dari 250 ppm (EC <0.5) dengan kandungan Na < 30 ppm, Cl <50 ppm dan SO4 <100 ppm 👉 pada Gambar 1. masuk dalam kategori Class 1. 
  2. Berdasarkan sejarah percobaan hidroponik oleh Dr. William Frederick Gericke (Soilless Culture), perbandingan larutan nutrisi dengan jumlah tanaman untuk sistem statis adalah 1 gallon (3.8L) nutrisi/tanaman dengan asumsi 40% nutrisi akan hilang diserap tanaman dalam waktu 7 hari. Jadi perlu dipertimbangkan "volume nutrisi" untuk sistem2 hidroponik yg lain antara "volume vs frekuensi penggantian nutrisi" secara reguler. 👉 Gambar 2
  3. Kepekatan larutan nutrisi dikenal tanaman melalui elektro-konduktivitasnya yaitu dari disosiasi pupuk padat menjadi larutan elektrolit (ion) di dalam air. Jadi konsentrasi larutan nutrisi yg terukur oleh TDS/EC meter adalah nilai EC nya yg biasanya dikonversi ke dalam nilai ppm.
Aturan tingkat kepekatan nutrisi hidroponik yg dipakai dalam media air dan berlaku untuk "semua tanaman" menurut www.growell.co.uk 👉 Gambar 3. adalah:
~ Seedling (pembibitan) = EC 0.6-1.2 (300-600 ppm)
~ Pertumbuhan Vegetatif (sayur daun) = EC 1.2-1.6 (600-800 ppm)
~ Pertumbuhan Generatif (sayur bunga/buah) = EC 1.6-2.4 (800-1200 ppm)

Konsentrasi diatas adalah ukuran EC Akhir yg terbaca baik oleh alat atau yg dikenali oleh akar tanaman.

EC Akhir = EC Nutrisi + EC Air Baku yg digunakan

Jadi jika menggunakan EC Air Baku yg tinggi (EC > 0.5), maka jumlah nutrisi yg tersedia bagi tanaman menjadi sangat sedikit.
Misal target EC 1.4 (700 ppm), air baku EC 0.8 (400 ppm) maka nutrisi yg tersedia bagi tanaman hanya kurang lebih EC 0.6 (300 ppm) yg efektif dan tersedia bagi tanaman sehingga pertumbuhan menjadi lama krn kurang nutrisi. Apalagi pada saat melarutkan pupuk padat tidak menggunakan air 0 ppm, maka nilai EC Akhir akan semakin melenceng/bias dari target EC yg dikehendaki.

Jika kepekatan nutrisi terlalu tinggi, maka akan terjadi beberapa hal seperti
~ toksisitas pupuk atau gejala overdosis biasanya akan terjadi jika EC melebihi 2.4 (1200 ppm)
~ EC terlalu tinggi menyebabkan tanaman mudah layu saat transpirasi (penguapan air melalui tanaman) sangat tinggi terutama pada siang hari krn kadar air yg rendah dlm nutrisi yg terlalu pekat
~ kadang-kadang akar tanaman (rambut akar) mengalami kematian (busuk) pada kondisi kepekatan nutrisi yg ekstrim

Semoga bermanfaat

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel